Sutisna mengatakan, tujuan utama MBG adalah mendukung tumbuh kembang generasi penerus bangsa, mulai dari pelajar, balita, hingga ibu hamil dan menyusui. Karena itu, komposisi menu wajib jelas, tepat sasaran, dan sesuai kebutuhan nutrisi.
“Program ini sangat baik, tetapi apakah menunya sudah sesuai standar gizi? Jangan hanya formalitas, sementara kebutuhan nutrisi anak bangsa tidak terpenuhi,” ujar pria yang akrab disapa Tisna, Rabu (10/9).
Pemerintah telah menerbitkan Pedoman MBG 2025 yang mengatur menu berbeda untuk setiap kelompok sasaran. Standar tersebut mencakup pemenuhan 20–35 persen kebutuhan energi harian dengan komposisi karbohidrat, protein hewani dan nabati, sayuran, buah lokal, serta lemak sehat.
Namun, Tisna menilai pengawasan masih menjadi persoalan. Ia menyebut menu MBG kerap terlihat sesuai standar hanya saat ada monitoring dan evaluasi (monev), sementara di hari-hari biasa justru jauh dari pedoman.
“Menu akan sesuai standar biasanya hanya ketika ada monev. Setelah itu sering kembali seadanya. Nah, hal seperti ini yang harus kita kawal,” tegasnya.
Lebih jauh, ia juga menyoroti potensi masuknya makanan kemasan dalam menu MBG. Menurutnya, hal itu harus dikaji dengan bijak agar tidak mengurangi kualitas gizi.
“Kalau bicara makanan kemasan, harus dipastikan kandungan gizinya. Jangan sampai demi praktis justru menurunkan kualitas MBG. Sebaiknya tetap diolah segar, bukan instan,” jelasnya.
Tisna menegaskan, Pospera Purwakarta siap mengawal program ini agar benar-benar bermanfaat bagi masyarakat dan menjadi solusi nyata dalam meningkatkan kualitas kesehatan generasi muda. “Jangan sampai program mulia ini menjadi sia-sia,” pungkasnya.
Komentar0