SIDIKJARI- Purwakarta kembali bersinar dalam perayaan Hari Jadi ke-194 Kota Purwakarta dan Hari Jadi ke-57 Kabupaten Purwakarta.
Gemerlap pertunjukan air mancur menari di Taman Sri Baduga menjadi magnet ribuan warga dan wisatawan yang memadati lokasi.
Sebagai ikon wisata malam, pertunjukan ini memang tidak pernah gagal menghipnotis dengan permainan cahaya, musik, dan semburan air yang tersinkronisasi indah.
Namun di tengah sorak sorai dan rasa bangga atas pertunjukan tersebut, terselip pertanyaan yang patut diajukan:
Apakah kita sudah bijak dalam mengelola anggaran?
Pertunjukan yang digelar selama tiga hari itu menelan biaya Rp325 juta dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Dana itu terbagi dalam dua pos terpisah, yakni Rp200 juta dan Rp125 juta.
Angka yang tidak kecil untuk sebuah acara hiburan, terlebih di tengah tekanan efisiensi fiskal dan kebutuhan akan belanja produktif yang semakin mendesak.
Apakah pertunjukan air mancur termasuk dalam kategori belanja produktif?,dengan anggaran sebesar itu digubakan untuk apa saja?
Di satu sisi, tentu kita tidak bisa menafikan bahwa kegiatan ini memberi kontribusi pada geliat sektor pariwisata lokal.
Hotel dan restoran di sekitar lokasi mendapat limpahan pengunjung. UMKM pun kecipratan rezeki dari meningkatnya arus wisatawan.
Namun, apakah manfaat ekonomi jangka pendek ini sebanding dengan investasi Rp350 juta dari dana publik?
Di sisi lain, kondisi riil masyarakat juga tak bisa diabaikan. Masih banyak wilayah di Purwakarta yang membutuhkan perbaikan akses air bersih, peningkatan fasilitas sekolah, hingga layanan kesehatan yang layak. Belanja pada sektor-sektor inilah yang semestinya menjadi prioritas.
Perlu digarisbawahi bahwa kritik terhadap penggunaan anggaran bukan berarti anti-hiburan atau anti-pariwisata.
Namun, transparansi, akuntabilitas, dan kesesuaian dengan kebutuhan mendesak masyarakat harus selalu menjadi landasan dalam setiap keputusan penganggaran.
Sudah saatnya pemerintah daerah lebih selektif dan terbuka dalam menentukan prioritas belanja.
Kemeriahan perayaan ulang tahun kota tidak harus selalu diwujudkan dalam bentuk spektakuler yang menguras anggaran.
Ada banyak cara merayakan kebanggaan akan daerah tanpa melupakan suara masyarakat yang menuntut pelayanan dasar yang lebih baik.
Air mancur boleh saja menari, tapi jangan sampai nurani dan nalar publik justru tenggelam dalam percikan kemegahan semu.
Komentar0