SIDIKJARI- Pemerintah Kabupaten Purwakarta kembali menjadi sorotan setelah publik mengetahui bahwa anggaran pemeliharaan Air Mancur Sri Baduga ikon wisata andalan di kawasan Situ Buleud mencapai angka mencengangkan: Rp 1,8 miliar.
Anggaran ini, yang diklaim dialokasikan untuk pemeliharaan sistem di Stage 2 air mancur, memicu reaksi beragam di masyarakat.
Wajar saja, sebab pertanyaan besar pun muncul: apakah penggunaan anggaran sebesar itu sebanding dengan manfaat yang diterima publik?
Air Mancur Sri Baduga bukan sekadar atraksi visual. Sejak diresmikan, air mancur ini telah menjelma menjadi simbol Purwakarta sebagai daerah yang berambisi memajukan sektor pariwisata.
Bahkan, ia pernah menyandang predikat sebagai air mancur terbesar di Asia Tenggara.
Namun sayang, dalam beberapa tahun terakhir, pesona dan performanya kian meredup.
Jadwal pertunjukan yang tidak menentu, kerusakan teknis, dan ketidakteraturan pemeliharaan membuatnya kehilangan daya tarik.
Dalam pernyataan resmi, Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman melalui Plt. Kabid Pertanahan dan Dekorasi, Endang, mengungkap bahwa dana tersebut digunakan untuk memperbaiki komponen vital seperti nozzle, sensor swing, waterplash, motor penggerak, panel kontrol, dan sistem pencahayaan hingga audio.
Namun ironisnya, Endang juga mengakui bahwa tidak semua nozzle bisa diperbaiki karena tingkat kerusakan dan ketidakstabilannya.
Lebih lanjut, disebutkan bahwa proyek pemeliharaan ini mendapat perhatian khusus dari Bupati menjelang peringatan Hari Jadi Kabupaten Purwakarta.
Harapannya, air mancur bisa kembali hidup dan menghibur masyarakat seperti era kejayaannya dulu.
Ketua Pospera Purwakarta, Sutisna Sonjaya menyayangkan bila dengan anggaran sebesar itu masih ada bagian sistem yang tidak diperbaiki, lalu di mana efektivitas alokasi dan realisasi penggunaan anggaran?
"Jika masih ada yang tidak bisa di perbaiki lalu di kemanakan anggaran pemeliharan setiap tahun dianggarkan mencapai angka Rp 500 juta," tegasnya.
Namun di sinilah letak persoalannya. Apakah revitalisasi air mancur yang sifatnya lebih pada hiburan visual musiman layak mendapatkan prioritas anggaran miliaran rupiah, terutama di tengah banyaknya kebutuhan mendesak lain seperti Infrastruktur dasar, pendidikan, dan kesehatan?
Pemerintah pusat melalui Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2025 telah menegaskan perlunya efisiensi
seharusnya menjadi hal yang tidak bisa ditawar.
Tanpa laporan teknis yang rinci, rincian kontrak pengerjaan, dan hasil audit independen, publik akan terus dibayangi rasa curiga bahwa proyek ini tak lebih dari proyek 'gagah-gagahan'.
Tak bisa dipungkiri, sektor pariwisata memang membutuhkan investasi. Tapi investasi bukan berarti pemborosan.
Air Mancur Sri Baduga memang bisa menjadi simbol kebanggaan, namun jika biaya pemeliharaannya menjadi beban yang tidak proporsional, maka yang tersisa bukanlah keindahan visual melainkan pertanyaan tentang prioritas, transparansi, dan integritas anggaran.
Komentar0