GUYoGpApTSrlBSY5TpC8BSd8Ti==

Revolusi Cinta Dari Purwakarta

SIDIKJARI- Di Purwakarta, Jawa Barat ada nuansa berbeda dalam penyampaian aspirasi terkait situasi umum yang terjadi belakangan ini. 

Sekelompok aliansi pemuda menuangkan kekecewaan, amarah serta harapannya dalam Mimbar Seni yang bertajuk "Sorak Riuh Bumi Pertiwi". 

Mereka kompak mengenakan pakaian bernuansa hitam sebagai simbol dukacita dan keprihatinan. 

Kegiatan dimulai dengan kegiatan Renungan Suci, Mengheningkan Cipta serta Menabur Bunga di Taman Makam Pahlawan "Sirna Raga" Purwakarta. Kemudian puncaknya berpusat di Taman Pembaharuan Purwakarta. Di sana pemuda pemudi dari lintas kelompok ini berekspresi melalui puisi dan pertunjukan seni lainnya.

Antonnius Immanuel Timmerman, Ketua Pelaksana kegiatan menjelaskan tujuan kegiatan ini merupakan ungkapan keprihatinan atas situasi negeri yang sedang bergejolak dan berharap segera pulih kembali.
 
" Meski kecewa, marah, dan sedih, Kami ingin mengekspresikannya dari hati bukan dari emosi. Karena kekerasan dibalas kekerasan tidak akan pernah ada ujungnya. Untuk itu Kami hadirkan Mimbar Seni ".

Pendiri Bela Purwakarta, Aa Komara yang turut diundang menghadiri didampingi Uu Wijaya, Aktivis Nahdlatul Ulama ( N.U ), menegaskan bahwa di alam demokrasi aktivitas demonstrasi serta penyampaian aspirasi dalam bentuk lainnya merupakan hal yang lumrah yang dijamin undang undang.

" Kehadiran Kami merupakan bentuk dukungan moral serta memastikan kegiatan ini berjalan kondusif. Panitia sudah bagus dengan mengawali kegiatan dengan berziarah terlebih dahulu ke Taman Makam Pahlawan. Artinya bahwa mereka sangat menghormati Sejarah dan para Pecinta Sejarah mustahil berbuat kerusakan karena mereka sadar kota ini dirintis dengan susah payah sebagaimana pun krisis yang melanda tidak akan menghilangkan rasa cinta untuk merawat kotanya. Namun demikian Kita wajib menjadikan apa yang sudah terjadi pada negeri ini sebagai pelajaran yang sangat berharga untuk berbenah ".

Sementara Wahyu Hidayat, Pendiri Spirit Binokasih mengungkapkan rasa syukurnya atas situasi kondusif yang tercipta selama gelombang unjukrasa dari berbagai kelompok massa yang saling bergiliran.

" Saya cukup terharu menyaksikan baik pihak aparat keamanan serta pengunjuk rasa di Purwakarta tetap mendahulukan "rasa asih" ketimbang ego sentris nya. Pemerintah Daerah dan DPRD pun cukup komunikatif dalam menghadapi dinamika ini. Semoga Purwakarta tetap terlindungi dari berbagai krisis dan Bumi Pertiwi semakin membaik " tutur Wahyu.

Peserta aksi yang terdiri dari aliansi Komunitas Pena dan Lensa ( Kopel ), Perhimpunan Mahasiswa Purwakarta ( Permata ), Badan Eksekutif Mahasiswa STIEB Perdana Mandiri ( Polibisnis ) serta Jabar Bergerak Zillenial ini, mengakhiri kegiatan dengan menyalakan lilin disertai do'a bersama.

Komentar0

Type above and press Enter to search.