SIDIKJARI- Jika ada lomba lari estafet dalam urusan klarifikasi anggaran, tampaknya Kesbangpol bisa menjadi juara bertahan.
Baru-baru ini, ketika ditanya soal anggaran Paskibraka, Kepala Kesbangpol menanggapi dengan enteng bahkan terlalu enteng untuk ukuran isu publik.
“Iya untuk Paskibra itu kan anggaran sebelum saya ke Kesbangpol sudah ada. Untuk jelasnya tanya langsung ke PPTK-nya, bos.”ungkap H.Mohamad Ramdhan Kepala Kesbangpol Purwakarta.
Begitulah jawaban yang muncul. Singkat, lugas, dan tentu saja tidak memberi pencerahan apa pun. Seolah-olah anggaran itu barang warisan yang tak perlu diketahui asal-usulnya.
Atau mungkin seperti kardus misterius yang dibiarkan di sudut ruangan: ada, tapi jangan ditanya isinya.
Masalahnya, publik bukan sedang iseng menanyakan resep rahasia soda gembira. Ini soal uang negara, uang rakyat, yang seharusnya jelas alurnya sejak dari meja perencana sampai ke sepatu para anggota Paskibraka.
Tetapi apa daya, yang didapat justru lempar bola klasik: Kepala Kesbangpol tak tahu-menahu, PPTK disuruh menjelaskan, sementara publik hanya menonton seperti penonton bioskop yang tiketnya sudah dibeli tapi layar tetap gelap.
Entah disengaja atau tidak, pola jawabannya mengesankan bahwa transparansi anggaran masih menjadi barang mewah.
Ketika pejabat langsung mengatakan “tanya PPTK” tanpa memberikan gambaran dasar, itu seperti restoran yang menyuruh pelanggan bertanya ke tukang masak untuk tahu apakah makanan yang disajikan basi atau tidak.
Kalau begini, wajar jika publik mulai curiga:
Transparansi anggaran ini benar-benar sulit, atau memang tidak ingin dimudahkan?
Paskibraka bukan sekadar seremonial. Mereka adalah simbol disiplin, dedikasi, dan wajah muda daerah.
Ironis jika di balik gemerlap upacara 17 Agustus, ada anggaran yang justru dibiarkan remang-remang.
Kalau saja disiplin anggaran dibuat seperti disiplin Paskibraka, mungkin publik tidak perlu bermain tebak-tebakan begini.
Komentar0