Kegiatan ini dipimpin langsung oleh Bupati Purwakarta, Saepul Bahri Binzein, didampingi Wakil Bupati, Abang Ijo Hapidin.
Bertempat di ikon kota Taman Sri Baduga, kegiatan diawali dengan pengambilan air secara simbolis, yang kemudian diantarkan menuju Mata Air Cibulakan di Desa Babakan, Kecamatan Wanayasa.
Prosesi ini merupakan bentuk penghormatan terhadap air sebagai sumber kehidupan, sekaligus napak tilas budaya dan sejarah Purwakarta.
Tema yang diangkat dalam peringatan milangkala tahun ini adalah “Ngurus Lembur Nata Kota, Ngorek Purwakarta Istimewa”, yang mengandung makna memperkuat sinergi pembangunan antara wilayah pedesaan dan perkotaan, sekaligus menggali kembali nilai-nilai lokal yang membentuk jati diri Purwakarta.
Prosesi Muru Indung Cai diikuti oleh lebih dari 1000 peserta, terdiri dari jajaran Forkopimda, kepala perangkat daerah, camat, lurah, hingga kepala desa. Mereka berjalan bersama mengantarkan kendi berisi air dari Taman Sri Baduga menuju sumber mata air di Wanayasa, sebagai simbol mengembalikan air kepada asalnya.
Menurut Bupati Saepul Bahri Binzein, kegiatan ini merupakan refleksi penting untuk mengingatkan masyarakat akan keberkahan air dan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan.
“Air adalah anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Dengan Muru Indung Cai, kita diajak untuk merenungkan betapa vitalnya peran air dalam kehidupan, serta menghormati sejarah dan budaya leluhur kita,” ujar Bupati.
Kegiatan ini juga menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran kolektif dalam menjaga sumber daya alam dan mempererat kebersamaan warga Purwakarta lintas wilayah.
Dengan dilaksanakannya Muru Indung Cai, Pemkab Purwakarta berharap masyarakat semakin mencintai dan melestarikan warisan budaya serta nilai-nilai lokal yang menjadikan Purwakarta sebagai daerah istimewa.(ADV)
Komentar0