GUYoGpApTSrlBSY5TpC8BSd8Ti==

Rp 3,1 Miliar Cuma Buat Lampu ? Pospera: Ini Lampu atau Bintang Jatuh, Disperkim Purwakarta?

ilustrasi(foto/net)

SIDIKJARI- Entah lampunya bisa menyala sampai ke bulan, atau mungkin bisa menyembuhkan kegelapan hati para pejabat tapi yang jelas, Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Disperkim) Purwakarta sedang jadi sorotan.

Pasalnya, Posko Perjuangan Rakyat (Pospera) mempertanyakan proyek pengadaan lampu LED yang nilainya bikin mata silau: Rp3,1 miliar

Dari data yang berhasil dihimpun, proyek penerangan ini terbagi dua:

1. Penerangan lingkungan kawasan permukiman dan perumahan (pemasangan lampu LED) senilai Rp589 juta

2. Penerangan Lingkungan Kawasan Perumahan dan Permukiman(Pengadaan Lampu LED) Rp.402 juta

3. Pemasangan penerangan lingkungan dan kawasan permukiman senilai Rp2,1 miliar

Kalau ditotal, ya jelas, hampir Rp3,1 miliar melayang demi “menerangi Purwakarta.”
Tapi sayangnya, yang makin terang justru dugaan pemborosan anggaran.

“Lampunya kayaknya bukan LED biasa, ini mungkin LED rasa platinum,” sindir Panuntun Catur Supangkat, Sekretaris Pospera. 

“Dengan anggaran segitu, seharusnya seluruh gang dan jalan desa di Purwakarta sudah bisa terang benderang bahkan mungkin sampai ke jalan menuju hati rakyat.”tambahnya.

Pospera heran, kenapa harga pengadaan lampu bisa semahal itu. Tapi kalau pakai hitungan Disperkim, mungkin nilainya bisa melambung seperti sinar lampu yang katanya hemat energi, tapi boros di anggaran.

“Ini bukan soal terang atau gelapnya jalan, tapi soal gelapnya niat dan terang benderangnya dugaan markup,” ujarnya.

Lebih parahnya, proyek sebesar itu tidak disosialisasikan secara terbuka. Tak ada rincian berapa titik lampu yang dipasang, di mana saja lokasinya, dan bagaimana sistem pengadaannya. 

Situs pengadaan pun masih gelap entah karena belum diunggah, atau memang sengaja disamarkan.

Publik akhirnya cuma bisa menebak-nebak: apakah lampu LED-nya memang berkualitas tinggi, atau justru hanya “lampu proyek” yang sinarnya lebih ke arah kantong pejabat daripada jalan warga.

Pospera menegaskan, pihaknya tidak menuduh tapi mencium aroma tidak beres.

“Kalau memang proyeknya bersih, buka datanya. Publik berhak tahu berapa unit, di mana dipasang, dan berapa harga satuannya. Jangan gelapkan uang rakyat dengan dalih menerangi jalan,” tegasnya.

Pertanyaannya sederhana: apa iya penerangan butuh sampai miliaran rupiah?
Atau ini memang bagian dari “penerangan hati nurani” yang biayanya jauh lebih mahal dari sekadar lampu jalan?

"Yang jelas, masyarakat tidak butuh lampu mewah mereka butuh kejelasan. Karena buat rakyat, tak ada yang lebih menyilaukan dari anggaran besar tanpa logika,"pungkasnya.

Saat dikonfirmasi Kepala Bidang Prasarana Sarana dan Utilitas (PSU) Perumahan dan Permukiman (Perkim) Rudianto, " tidak tahu om,kegiatan siapa ya, kita gak punya kegiatan sebesar itu, nanti kita cek,"ucapnyanya singkat.



Komentar0

Type above and press Enter to search.