SIDIKJARI- Ah, teknologi panel surya. Seharusnya simbol kemajuan, simbol hemat energi, simbol… eh, ternyata simbol pemborosan super mewah juga bisa.
Di Puskesmas Jatiluhur, Kecamatan Jatiluhur, sebagai penerima manfaat PLTS senilai Rp 900 juta dari Dinas kesehatan kini lebih pantas disebut “monumen karat” daripada sumber listrik.
Hanya setahun terpasang, panel-panel itu sudah mangkrak dan berkarat. Tepuk tangan untuk pejabat yang berhasil: Rp 900 juta hilang begitu saja, tapi tidak ada listrik yang mengalir.
Sungguh prestasi yang patut dicontoh… kalau tujuan Anda adalah menghabiskan uang rakyat tanpa hasil.
Unit PLTS ini berasal dari Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik 2024, bagian dari hampir Rp20 miliar anggaran untuk seluruh puskesmas di Purwakarta.
Jadi bayangkan: setiap panel berkarat adalah bukti nyata bahwa uang rakyat bisa menguap lebih cepat daripada cahaya matahari yang seharusnya ditangkap.
Kepala UPTD Puskesmas Jatiluhur, Yan Sopian, dengan polos mengakui:
“Belum dirasakan manfaatnya dari bulan Oktober 2024 hingga saat ini, hampir satu tahun alat trouble tidak berfungsi.”
Sementara itu, di dunia paralel Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Purwakarta, Yandi Nurhadian, tinggal menatap layar komputer dan berkata:
“Berfungsi.”
Ya, berfungsi—dalam imajinasi, tentu saja. Realita di lapangan? Panel berkarat, listrik tidak nyala, dan rakyat hanya bisa menatap Rp 900 juta yang hilang begitu saja.
Di Puskesmas Jatiluhur, matahari memang bersinar, tapi listrik? Tetap mimpi.
Komentar0